Konsep dasar bermain
Definisi tentang
bermain telah menjadi perdebatan dikalangan para ahli sejak 50 tahun yang lalu,
akan tetapi saat ini tidak ada satupun definisi yang dapat diterima secara
universal. Mitchel & Mason (1948,
dalam Docket & Fleer, 2000) mencatat selama tahun 1948 terdapat sekitar 30
definisi dari pengarang yang sama. Sejat saat itu, definisi-definisi tersebut
terus mengalami perubahan. Kedua ahli tersebut bahkan pernah membandingkan
puluhan definisi dari para ahli, antara lain Seashore, Froebel, Hall, Groos,
Deweey, Sogiller, Spencer, Lazarus dan Curti (Saracho & Spodek, 1998), akan
tetapi dari definisi-definisi tersebut mengimplikasikan perbedaan dalam
memahami dan menginterpretasikan bermain.
Kesulitan dalam
mendefinisikan bermain, karena kata “bermain” (play) digunakan dalam
berbagai cara. Namun demikian, setidak-tidaknya bermain mengandung unsur mental
state, menekankan sikap dalam bermain, menggunakan bahasa, bentuk
komunikasi, dan playfulness.
Ada beberapa kriteria
dalam bermain, yaitu (1) baha bermain didorong oleh rasa kepuasan dalam
kegiatan dan tidak diatur, (2) para pemain beraktivitas lebih dari sekedar
mencapai tujuan, dan bersifat spontanitas, (3) bermain terjadi dengan objek
yang dekat (familiar), (4) kegiatan bermain dapat menjadi kegiatan
nonliteral, (5) bermain bebas dari aturan dan aturan dapat dimodifikasi oleh
pemain, dan (6) bermain membutuhkan perjanjian aktif dari para pemain.
Bermain merupakan tiang
dasar imajinasi dan kreativitas. Hal ini berarti bermain dapat membantu anak
dalam mengembangkan kemampuan berpikir kreatif, adaptasi, lues, dan imajinatif
(Singer, 1973). Piaget (1962) meyakini baha bermain mempunyai kekuatan
kognitif. Bermain dapat menaikkan struktur mental melalui penggunaan
tanda-tanda dan alat-alatyang kemudia menaikkan kecerdasan bahasa dan berpikir.
Individu menggunakan kemampuan fisik dan mental mereka dalam bermain imajinatif
untuk mengubah pengalaman mereka. Melalui bermain, individu menjelajah dunia,
dan menumbuhkembangkan kreativitas.
Disesuaikan dengan
tahap-tahap perkembangan berpikir, Piaget (1962) membagi bermain menjadi tiga
jenis, yaitu bermain fungsional atau bermain sensori motor, bermain simbolik,
dan permainan dengan aturan.
Bermain fungsional atau
lebih dikenal dengan bermain sensori-motor melibatkan pengulangan objek atau
aksi yang digunakan. Anak0anak (usia 0-2tahun ) belajar tentang dunia melalui
sensori dan aksi gerak (motor) dan mereka selalu mengulangi aksi tersebut untuk
kesenangan. Piaget mencontohkan, bagaimana aksi menyenangkan mengisap jari-jari
tangan seorang bayi menemukan dunianya. Pada bulan-bulan pertama kehidupan,
bayi menjelajah dan bermain melalui tubuhnya untuk mengenal benda-benda dan
orang yang berada didekatnya. Semakin tinggi usia anak bermain banyak pengalaman
diperolehnya dan berubah jenis kesenangan anak untuk bermain (Dockett &
Fleer, 2000).
Bermain simbolik atau
bermain pura-pura merupakan jenis permainan untuk anak-anak yang berada pada
tahap perkembangan pra-oprasional. Tentang bermain simbolik, anak-anak mampu
memisahkan dunia mental dari dunia nyata. Anak dapat bermain sendiri berjam-jam
lamanya hanya dengan menggunakan benda-benda yang dianggap nyata seperti sendok
sebagai pesaat terbang, rangkaian balok sebagai kereta api, boneka sebagai bayi
hidup, atau daun sebagai piring. Anak juga dapat memerankan dirinya sebagai
seorang ibu (bagi anak perempuan), dokter yang suka mengobati, dan polisi yang
suka mengatur dengan peluit.
Bermain pura-pura ini
disamping melibatkan kemandirian dan imajinasi personal, juga terlibat perilaku
dengan bentuk sosiodrama yang melibatkan orang dewasa, seperti ibu, guru, atau
tutor, dan teman sebaya. Contoh, masak-masakan, perang-perangan,
keluar-keluargaaan (misalnya anak A jadi ayah, B jadi ibu, dan C jadi anak dan
seterusnya).
Permainan dengan aturan
merupakan jenis bermain yang menggunakan aturan-aturan lebih formal yang
ditetapkan sebelumnya, contohnya bermain kelereng, kucing-kucingan, sepak bola.
Peraturan dikaitkan siapa yang boleh bermain, apa sasaran dari permainan tersebut
dan apa legitimasi dalam permainan. Hal ini bukan berarti jenis permainan yang
lain tanpa aturan, tetapi aturan yang dibuat disesuaikan dengan situasi dan
keinginan anak-anak. Dalam permainan fungsional dan simbolik, anak-anak
mengatur sendiri atau bersama0sama objek dan peran yang dimainkan. Berbeda
halnya bermain dengan karena mengandung nilai kompetisi diantara pemain maka
ada aturan yang lebih formal.
Apakah anak-anak kita
sudah leluasa untuk bermain ?
Belum ada Komentar untuk " Konsep dasar bermain "
Posting Komentar