Abi, salah seorang
siswa RA Raudlatul Atfal pernah menjawab pertanyaan Bunda disela-sela waktu
senggang. "Abi, yang menciptakan gunung itu siapa ya? “Allah Bunda”
ketusnya.
Ketika semua siswa out bond di Kusuma Agro Wisata Kota Batu,
melewati taman bunga, kemudian masuk di sebuah perkebunan penuh dengan
buah-buah, disebelah utara Abi melihat gunung besar. Ia berujar “ Bunda
Bunda..ada gunung”. Bunda lantas bertanya “ kalau melihat gunung yang besar dan
indah, kita mengucapkan apa ya? pancing Bunda. “ Subhanalllaah” Jawab Abi.
Menumbuhkan sikap keagamaan, ketuhanan, pada anak tidak
sesulit seperti halnya menumbuhkan sikap keagamaan kepada orang dewasa. Anak dalam
usia 5-10 tahun mencerna semua penetahuannya tidak secara mendalam, termasuk
pengetahuan agama maupun tentang sikapnya kepada Tuhan. Dan mereka merasa puas
dengan keterangan yang kadang-kadang kurang masuk akal.
Menurut penelitian, pikiran kritis baru muncul pada anak
berusia 12 tahun, sejalan dengan perkembangan moral. Sikap keagamaan pada anak
inilah dalam psikologi perkembangan disebut dengan unreflective.
Sedemikian mungkin anak harus diperkenalkan dengan Tuhan
melalui persepsi-persepsi yang baik, yang positif. Bahwa Tuhan itu Maha
Pengampun, Maha Pemurah, Maha Penyayang, dan lain-lain. Maka hatinya menjadi
tenang karenanya. Selanjutnya ia akan menerima kehadiran Tuhan dalam dirinya. Sejak
itulah Tuhan muncul dari dalam diri anak.
Belum ada Komentar untuk " Sifat agama bagi anak "
Posting Komentar